Bertemu dia dari ruang masa lalu, ternyata membawa masuk banyak perihal. Kami bercakap tentang pencarian, penantian dan pertemuan yang sekian masa diharap menjadi nyata. Tali halimunan penuh rahsia yang mengikat kami selama ini, di luar sedar, melingkarkan rindu yang sangat aneh. Dan ia bukan tentang kenangan atau bayangan mahupun sejarah yang pernah singgah seperti angin. Ia barakah Syawal yang saya sangat rasakan tahun ini. Pertemuan kami menjadi seperti duduk berdiang di tepi unggun Ramadhan kembali. Perenungan tentang khusyuknya solah dan al-Qur'an, terus mengiringi jalan takdir Syawal ini. Ya, saya sangat faham, ia bukan soal nostalgia, sebaliknya perihal daya untuk mempertahankan. Apatah lagi apabila berjarak, sedikit sebanyak ia seperti separuh terpisah. Allah ya Allah.

Comments

Anonymous said…
Izinkan saya bercerita. Dengan dia, saya sentiasa berasa diasuh. Dia mendorong dan menuntun. Mengerti intisari Al-Quran yang tidak mungkin dapat ditelusuri sedalamnya berasas kadar ilmu yang dimiliki. Namun setidak-tidaknya nikmat Al-Quran kian dirasai dengan kehadirannya, yang menjadi akrab terutama dalam Ramadhan yang lebih barakah. Kami juga berkongsi banyak perkara yang tidak dapat dikhabarkan kepada orang lain. Ternyata dia lebih mengerti, memahami dan berempati. Begitupun ada ketika saya merasakan ada kebungkamannya yang saya kurang mengerti. Barangkali ketertautan nurani menjadikan kami saling mudah berasakan setiap peranjakan meski jauh dari nyata.
Mawar said…
Sdr Anonymous
Terima kasih sudi berbagi. Alhamdulillah syukurnya punya tempat mendapatkan pengertian. Mungkin saja kebungkamannya menawarkan ruang kepada Sdr untuk berjeda, untuk lebih mengenalinya. Mungkin.