Kelmarin saya ada menulis tentang tokoh sarjana yang sedang mendepani uzur dan cintanya terhadap dunia yang kian luntur. Saya kemudian membayangkan, alangkah ia berlaku pada susuk seorang anak muda. Dalam sebuah cerpen lama, "Tamsil Daun" (Dewan Siswa, Ogos 2012), saya garap antara lain latarnya adalah beberapa anak gadis yang duduk bersimpuh di penjuru masjid. Masih dalam mukena dan al-Qur'an di tangan masing-masing dan mereka sedang bicara tentang iman. Subhanallah. Cerpen itu sebenarnya terilham daripada pengalaman terindah saya di sekolah. Setiap kali saya solah Zuhur di surau sebelum pulang ke rumah, saya akan bertemu dengan pelajar perempuan yang merintih, masih di atas sajadah. Hingga sekarang saya masih dapat melihat dia yang dalam esakan lirih, jelas sekali sedang mengadu banyak perkara kepada Allah. Subhanallah. Saya sering membayangkan mahasiswa saya yang taat bersimpuh dan banyak berbicara dengan Allah, bagaimana hidup ini harus dijalani seikhlasnya.

Comments

Anonymous said…
Allah menganugerahi saudara dengan keupayaan berfikir aras tinggi. Anda dapat melihat sesuatu di sebalik yang sedang dilihat. Orang seperti saya, hanya meminjam penaakulan saudara untuk mengenali hakikat. Alhamdulillah dan terima kasih sedalam dan setingginya.
Mawar said…
Sdr Anonymous
Saya berharap dapat melihat lebih lagi dengan mata kalbu, di balik segala hijab, di balik segala yang halimunan. Agar saya lebih diperingat dan menjadi lebih taat. Terima kasih atas perhatian Sdr.