Saya pernah menggelarnya sahabat Asar. Malah saya menyusupnya masuk ke dalam Narasi Tongariro dari Penjuru Disember Lalu (BH, 22 Januari 2017). Saya menulis: Menunggu, menanti dan mengangankan dia datang walau sekejap, saya mengintai dia antara dahan, pelepah dan daun. Ternyata dia tidak terbit juga. Penat saya menggantung harap, antara menjengah masih dengan mahu melupakan. Kemudian saya seperti dikirim kawat pujukan lewat azan bahawa kami saling mengerti, walau dalam seribu sepi atau ketidakhadiran diri. Ya, kawat itu seperti jatuh melayah dari ranting dan dahan lalu hinggap di jendela kepercayaan saya. Beberapa hari lalu, dia muncul tiba-tiba dari arah yang sama. Subhanallah. Indahnya. Saya dalam ta'ajub melihat dia dan saat itu menjelang dhuha. Tangis saya seperti dalam rangkulan yang tersayang setelah dia menghilang tahun.

Comments

Anonymous said…
Unggas itu pastinya lebih mengerti daripada manusia walaupun keberadaannya yang dekat dengan tuan punya kamar dan jendela itu. Bahasa sukma sahaja yang mencantum makna saling memahami antara seekor unggas dengan sahabat manusianya yang menghargai penciptaan Yang Maha Pencipta.
Mawar said…
Sdr Anonymous
Terima kasih. Benar. Saya menghimpun rindu sekian hari.
Anonymous said…
Mungkin hadiah hari lahir untuk Mawar.. dia kembali..:-)
Mawar said…
Sdr Anonymous
Jika benar, istimewanya saya. Syukurnya!