Puisi ini digubah dan dibacakan mahasiswa saya yang berbakat besar, Mai sewaktu menjadi pengacara di Rumah al-Fikrah. Airmata saya tidak dapat ditahan-tahan!

Jangan Biar Terpisah

Pernah- setiap antara kami merasai bagaimana nikmatnya kucup kasih seorang bonda
Dibelai ubun-ubun dengan selawat dan nyanyian syahdu
Hingga kami lena- dan bonda senyum puas.
Apakah kerana harum syurga yang menyerkup wajah seorang bayi- menyuntik rasa damai di hati, bonda?
Ketahuilah- kami telah lama menghapus segala ketertiban ciptaan itu bonda!
Kami telah mencelanya dengan noda hidup yang penuh angkuh
Mencari haluan hidup yang lebih dirasakan sempurna
Meminggirkan segala amanah dan harapan
Hingga kami benar-benar lupa
Rahim bonda- tempat kami pernah berdamai di dalamnya.

Demi itu- tampar kami bonda!
Tampar kami dengan kalimat-kalimat yang membasuh jiwa
Sedarkan kami betapa kalian terluka
Keterhirisan hati yang kalian diamkan- betapa dalam!
Bagaimana tegar kau membebat luka sendiri
Dan membiarkan air mata derhaka bertukar kemaafan?

Bonda,
Kami mahu kembalikan wajah syurga itu- tersenyumlah
Andai di sini dirasakan hidup lebih terbela- hadiahkan untuk kami suatu doa
Agar kami tak memperlakukan orang tua kami
Dengan perbuatan hina dan mensia-siakan baki usia mereka.

Ayah,
Satunya insan yang paling tegar menyembunyikan tangis
Terlalu bersungguh merahsia- segala beban yang tergalas
Dan riba bonda menjadi peredupnya.
Betapa kalian cekal demi keluarga- luka apa pun diletak tepi
Saatnya kau rasa terbuang- diam, akur, tunduk
Bagaimana itu harus terjadi ayah?

Kalau seisi dunia pinta aku memilih wira
Namamu lah yang teratas ayah!
Kalau seisi dunia menentang aku dan pinta menyerah
Izinkan kupinjam semangatmu ayah!
Kalau seisi dunia pinta aku khianat amanah
Ingatkan aku selalu namamu dan namaku tertulis sebaris ayah!
Kerana jalan yang aku perjuangkan-
jalan menyelamatkan engkau dari disoal di akhirat sana.

Bonda,
Ayah,
Maafkan kami anak-anak yang sering lupa dan melampaui batas.
Demi Dia yang menciptakan cinta,
Jangan biarkan kita terpisah di sana.
Kami mahu melangkah seiring ke syurga.

Ikhlas,

Anakmu.

Mai Izyani Abd Rani

Comments