Nikmat masa. Dalam mengakui kononnya bersyukur dengan masa yang ada, sebenarnya banyak yang saya lalaikan. Seperti kata baris lagu yang selalu saya pasang dari cd di dalam kereta, masa yang hilang dan terbuang. Saya sedar soal nikmat masa ini terkait dengan nasihat Prof Muhd Kamil yang saya rakam semalam. Ketergesaan. Pertelingkahan antara nikmat masa dengan ketergesaan sering terjadi apabila kedua-duanya tidak mendapat keadilan yang sewajarnya. Betapa zalimnya saya. Berapa banyak yang sudah hilang bersama kesia-siaan dan berapa banyak yang sudah terbuang bersama keangkuhan. Dungunya saya dengan nikmat yang Allah berikan.



Akhirnya saya berkesempatan menghubungi sahabat sekolah yang sekian lama menyepi. Aneh, saya pernah menjadi tukang kipas sewaktu dia menjadi raja sehari. Bulan dan tahun selepas mereka bersanding, kami seperti orang yang saling tidak mengenali. Memang aneh. Sepi dan sunyi yang panjang dalam kesibukan kerja. Apabila mendengar suaranya kelmarin, saya tahu dia masih sahabat yang baik. Sudah berkali-kali saya ditinggalkan sahabat, dan saya kian lali dengan perpisahan (saya tahu akan selalu ada lorong rahasia untuk mengikat  hati kami). Jadi saya katakan, tidak perlu ucap maaf.  Nah, apa hubungan nikmat masa, ketergesaan dengan kisah jejak kasih saya itu? Saya  diajar untuk senantiasa bersyukur akan masa yang datang dan pergi. Usah buru-buru untuk mengadilinya. Saya patuh. 

Comments