Saya selalu sedar, nikmat berdoa saat kita bukan dalam keadaan gawat. nikmat berdoa saat kita  aman. sepeninggalan Zahar yang masih dalam kembara spiritualnya, saya sangat merasakan keterikatan dan kebergantungan saya kepada-Nya. saya berdoa sungguh-sungguh. kalau ia membuat saya merintih dan menangis, itulah yang terjadi. saya menjadi anak kecil yang sangat mengharapkan doa saya dipenuhi. misalnya untuk menguruskan hal seharian, walau sekecil perkara untuk mendapatkan tempat letak kereta, saya berdoa sejak mula menekan minyak. saya berdoa dengan segunung harapan. rabbi yassir wala tuassir. berkali-kali saya bermohon. Allah, berilah kelapangan. kasihanilah saya, ya Allah. kemudian apabila dengan mudah ada ruang seperti yang dihajatkan, tidakkah itu membuat kita mahu menangis, betapa Allah mendengar, betapa Allah mengasihani dan betapa Allah ada menemani kita selalu ...

Comments

Aduh, terkesan saya dengan nota kecil ini. Lama dahulu, seorang kawan juga berbuat demikian - berdoa sepanjang masa, setiap waktu. Walaupun atas adalah sekecil-kecil perkara yang sering kita anggap remeh.

Pernah sekali kami dalam perjalanan, tangki minyak sudah merah tetapi laluan tidak punya satu stesen minyak pun. Dia tenang memandu sambil berkali-kali melafazkan doa supaya tiba ke destinasi tanpa halangan.

Kami bukan sahaja selamat tiba, malah pulang tanpa mengisi minyak, dan lampu tetap berkelip-kelip menyala. Syukurlah...
Mawar said…
Norziati
ya, saya semakin insaf akan makna "doa".