Ada jaring labah-labah
Arah kanan atas kamar
membawa debu. Atau kenangan
Yang tak kenal maaf

Ada jaring labah-labah
Atas kelambu langit Denpasar
Sepanjang siang yang garang. Atau catatan
Yang tak bisa dirobah

Ranjang telah menyediakan
Segala keremangan:
Lubang penuh debu atas almari
Siling berlumut dan terasing
Sudut kelam yang menimbulkan teka-teki
Potret yang mendatangkan debar
Dan memoir melibaskan ekornya
Di tengah kamar

Tidur telah menyediakan
Segala keharuan:
Padang akal yang miring ke pantai
Dan jerit peluit
Memberitahu kapal tak sampai.

Paruh camar yang hitam
Kepak yang nestapa
Mencakar buku-buku catatan
Dan ranjang telah membakar
Rutin harian

Meja-meja tak berkaki
Jendela tak pernah berkunci
Hingga kamar ini hanyalah
Ruang Barangkali.
Sebelum debu-debu kembali
Menimbusi diri
Sebelum labah-labah mengangkat mataari
Memancung suatu ajali

Siapakah yang bakal memparasit?
Kamar ini? Mungkin
Keharuan yang selalu tak kenal ampun
Atau labah-labah yang kian berani
Menganyam jaringnya
Ke arah kiri
Bawah meja-meja tak berkaki

Ada Jaring Labah-labah
Anwar Ridhwan, 1973.


nota: saya dikirim puisi lama ini. tahu sumbernya?

Comments

Chempaka Aizim said…
Dr Mawar,
Huh! entry yg lambat setapak setelah sy berhempas-pulas mencari feel utk 'Kolokium Legasi Galagasi'. tapi tak mengapa. cantik puisi labah-labah ini. suka.
Mawar said…
Chem
ya, tolong belajar bahasa dari SN yang satu ini. saya banyak diasuhnya.
Assalammualaikum, Dr. Mawar

Meskipun bukan sajak Dr, ini merupakan antara entri yang terpanjang di laman blog Dr. 'kan?

Hmm, memang banyak pengajaran daripada puisi ini. Citraan diri penyairnya. Tidak banyak berkata tetapi terluah segala melalui aksaranya.
Daun said…
ah, Anwar Ridhwan. teringat pula novel Di Negeri Belalang... saya sedang mencari novel tersebut. Siapa tahu, dimana saya dapat membelinya? lewat kedai atas talian atau mana-mana saja...
Mawar said…
Daun
novelet DNB diterbitkan Marwilis lama dulu. bagus kalau dicetaksemula di bawah edisi SN...
Mawar said…
Wardah

ya, ia entri terpanjang setakat ini, heheh. semoga Wardah dapat banyak berguru dengan SN di ASWARA...
Anonymous said…
Dr. Mawar yang budiman,
Saya rasa saya tahu sumbernya....tidak dari mana-mana majalah atau akhbar yang terbit di Semenanjung...dan saya rasa saya PALING tahu siapa yang mengirimkan puisi Anwar Ridhwan ini kepada Dr.
Mawar said…
Anonymous,
begitukah?