Renungan Indah WS Rendra
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”, dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”

(dalam mengenang WS Rendra nov 7 1935 - ogos 6, 2009)

Comments

Chempaka Aizim said…
Dr Mawar,
sedapnya puisi ni.. 'menusuk' rasanya.. benar, seperti yg dikatakan.. maka baru tersedar, adakah segala amalan yang pernah dilakukan, dijadikan perdagangan 'barter' pada nikmat yang diharapkan? jadi, di mana sebenarnya kasih sayang kita padaNya? (insaf di bulan ramadhan..)

btw, selamat beibadah di bulan mulia. :)
Mawar said…
Uyaisha
salam ramadhan juga buat Uyaisha dan kawan2...
mariahsj said…
Salam,
Segala yang berlaku telah diaturNyadengan bijaksana. Kita menerima dengan segala kesyukuran, yang baik dan yang buruk. Kesemuanya mempunyai hikmah.
Salam ramadhan buat adinda dan suami. Kita ketemu syawal nanti? Lama benar tidak berjumpa
Mawar said…
Kanda Mariah
ya, rindu juga seperti bunga... insya Allah, panjang umur kita bersalaman di idul fitri, kanda.
Nazhatulshima N said…
mohon izin menyalin puisi ini ke blog saya,segala kata yang begitu menginsafkan

pohon rimbun dalam halaman
mohon ampun salam Ramadan

halaman segar berbunga raya
pohon agar amalan kita diterimaNya

salam kasih mesra
Anonymous said…
Al-Fatihah kepada rohnya agar peninggalannya sentiasa mengingatkan manusia bahawa "Dari Allah semuanya datang dan kepadaNya semuanya kembali"

Kata-kata pujangga (ubahsuai):

"Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan pena"
Mr. ASM said…
Salam Dr. Mawar,

Apa pendapat Dr. tentang fragmen 1 yang saya karang? Apabila membacanya kembali, saya rasa ianya seperti terlalu klise.
Mawar said…
Shima,
silakan.

pergi kuantan mencari patin,
mohon maaf zahir dan batin.
Mawar said…
Prof Ungu,
benar bagai dikata...
salam ramadhan.
Mawar said…
Siraj
saya sudah komen di blog sdr.
salam ramadan kanda yang dimuliakan. kanda, sajak ini, di bulan begini - benar semakin mendekat-akrabkan kita kepada Pencipta. al-fatihah untuk allahyarham.
Mawar said…
Ren, dindaku,
ya, puisi Ren juga semakin dewasa. syabas.