Coba engkau katakan padaku apa yang seharusnya aku lakukan
bila larut tiba, wajahmu terbayang kerinduan ini semakin dalam
gemuruh ombak di pantai kuta sejuk lembut angin di bukit kintamani
gadis-gadis kecil menjajakan cincin tak mampu mengusir kau yang manis
bila saja kau ada di sampingku sama-sama arungi danau biru
bila malam mata enggan terpejam berbincang tentang bulan merah
coba engkau dengar lagu ini aku yang tertidur dan tengah bermimpi
langit-langit kamar jadi penuh gambar wajahmu yang bening sejuk segar
kapan lagi kita akan bertemu meski hanya sekilas kau tersenyum
kapan lagi kita nyanyi bersama tatapanmu membasuh luka.


Ebiet G. Ade, Nyanyian Rindu
(ini foto danau biru yang begitu mengasyikkan di bukit dingin Kintamani.
saya bernyanyi lagu rindu di sini.
dan pantai Kuta yang sebenarnya riuh. saya tidak suka, kok!)


Comments

PENA PEJUANG said…
Assalamualaikum Dr. Mawar, begitu syahdu dan terkesan menatap panorama danau dan menghayati coretan rasa nurani Dr. Mawar. Salam ingatan daripada saya: Aliza.
Mawar said…
Aliza

w'salam, terima kasih. ya, danau itu sangat memujuk...
Anonymous said…
Oh..Ebied G. Ade dan lagu indah itu... Dan kini dikau telah nikmati Kabut Kintamani itu. Adakah dikau menyeberang ke tengahnya di mana Suku Bali Aga yang menaruh mayat keluarganya yang mati di pkok pohonhidup dalam kepungan turisme Pulau Dewata?
Mawar said…
Matahari,
saya mahu ke sana lagi!