Saya tidak meraikan tahun baru 2018. Saya hanya rasa terlibat kerana ia cuti umum, jika tidak saya akan meneruskan rutinitas pagi ke pejabat dan menjalankan kerja seperti selalu. Waktu itu baru saya sedar bahawa semua orang sedang bercuti. Pernah berlaku saya datang ke pejabat pada hari cuti umum dan mendapati fakulti gelap gelita. Ya, saya memang lucu. Lugu juga. Bagi Sdr yang meraikan, semoga 2018 lebih merupakan tahun kejayaan. Saya hanya mahu jadi lebih baik, walau hakikatnya saya tahu saya tidak lepas. Saya sering kandas. Oh ya, menuju tengah malam nanti, tidur saya akan dikejutkan dengan bising mercun dan gegar bunga api. Setiap tahun begitulah. Saya akan menjengah jendela kamar, mendongak ke langit malam dan kemudian menyambung lena.
Posts
Showing posts from 2017
- Get link
- X
- Other Apps
Saat saya mengetik ini, hujan petang mengguyur dengan celahan geluduk. Bersandar dan memerhatikan hujan dengan turut mendengar suaranya, ternyata merupakan seni alam yang terindah. Apalagi sebentar, azan akan menyelinap antara basah, resah dengan belahan jurai palma yang berkawan di luar jendela. Sekejap reda dan bertukar guruh lagi, saya pernah mengharapkan agar gerak dan deru hujan akan terus dan terus bersama-sama saya di ruang kerja, menuju penutup tahun ini. Mungkin ini juga kesempatan untuk berdiam, menghimpunkan segala jalan panjang yang jelas sekali singkat apabila dikenang. Benar, bukankah berulang kali diingatkan, hanya jika kita benar-benar mengetahui, sebentar saja kita di sini. Malang sekali, sayalah yang kerap lupa. Saya.
- Get link
- X
- Other Apps
1933 - 2017 Tidak kerap saya bertemu sosok terhormat ini. Sesekali ke Utara atau bertemu dalam acara rasmi di Ibu Kota. Namun antara ziarah yang tak mungkin saya lupa, pernah saya catat dalam entri 24 Januari 2014. Antara jalan rahsia yang sering dibentangkan, hati saya dapat dibacanya dengan cermat. Jelas sebutannya, Mawar harus selalu syukur dan sabar. Saya tidak akan melupakannya, pada ketika saya sangat memerlukan tuntunan dan ketika saya seperti terlupakan sekian nikmat yang Allah kurniakan. al Fatihah buat Cikgu Shahnon, segala yang datang dari-Nya akan kembali jua pada-Nya. Semoga diampuni dan diterima di sisi-Nya.
- Get link
- X
- Other Apps
Sejak kecil saya sukakan kupang. Saya sering lupa bahawa saya anak kelahiran pulau yang pasti ada keterkaitan dengan pantai, angin asin yang melekit di kulit dan hidupan karangannya yang cantik. Ya, kupang. Ia tidak kurang menyangkutkan kenangan waktu kecil yang sehingga sekarang menjadi capahan pertelingkahan bawah sedar. Berdiri di tikungan yang asing ini, saya seperti mahu berlari ke teluk atau beluk belahan tanjung mana yang mahu menerima galau yang bertimpa timpa. Atau mungkin juga tidak ada yang dapat memahami. Atau mungkin narasi tentang kupang ini sama sekali sukar dimengerti. Ya, ia ternyata bukan hanya perihal kupang yang suka saya rapikan karang hijaunya yang berlapis tona. Ia bukan hanya tentang keenakan urat jingganya. Saya fikir ia melangkaui makna kehadiran serta kewujudan yang kian tidak berjejak.
- Get link
- X
- Other Apps
Fakulti yang kian sunyi. Jalan kampus yang sudah tidak perlu saya berlari lari dengan bas dan kenderaan mahasiswa saban pagi untuk menuju kotak letak kereta. Mahasiswa mula memasuki minggu belajar sendiri, sebelum menduduki bulan ujian sepanjang Januari. Sangat jelas riangnya bunyi unggas di luar ruang kerja saya, untuk menjadi dalil kesepian kian mengepung lembah hijau kami. Begitu juga sunyi dan sepi akan menjadi sahabat paling mengerti saat yang lain datang dan pergi seperti angin yang lewat dahan, antara kenangan dengan harapan. Saya meninjau pelbagai tugasan yang masih di meja dan folder komputer, tarikh akhirnya bersambung ke Januari. Ia berwajah sepi juga.
- Get link
- X
- Other Apps
Sebuah lagi hasil gubahan yang saya senang melihatnya di anjung rumah sahabat yang saya kunjungi beberapa minggu sudah. Ya, rumahnya yang menghala ke titik paling hujung tanah besar kami. Mudik ke pantai dan teluk atau sebenarnya saya menuju jalan rahsia mencarinya. Ternyata ia perjalanan panjang yang aneh berlapis bingung untuk mengambil arah mana; kiri, terus atau membeluk ke tikungan tenggara. Sedang saya tahu jalan mana pun yang saya pilih, nanti ia masih tidak akan termakbul. Dan saya akan menjadi sangat hiba mengenangkan tidak akan ada yang saya temukan melainkan kesempatan yang tidak mungkin dapat saya rangkul apalagi memiliki. Akhirnya seperti si ikan dalam lukisan batik ini, dengan sirip kecilnya ia kembali ke jalan mula, antara mahu terus mengenang dengan melepaskan setiap apa yang datang atas nama perih atau saja sengsara.
- Get link
- X
- Other Apps
Lukisan asal ini dirakam dari penjuru kediaman seorang sahabat zaman sekolah yang sempat saya berkunjung. Pohon aslinya pernah saya pelihara di sepanjang pagar rumah lama. Mengasihi semalam, saat kebersamaan yang ada, kadangkala menjadi seperti angin di pantai. Sering ia menjadi mimpi. Tidak jarang ia bertukar menjadi kelinci yang selalu hilang di celah daun dan kesempatan untuk mengelusnya. Aneh memang. Seperti semalam juga yang mengheret saya ke runut yang mengelirukan.
- Get link
- X
- Other Apps
foto dari negeri salju i Saya menyalin dari tulisan kalbu. usai jalan menuju teluk banyak yang ditemukan dari cambah, putik dan kudup nestapa hinggap di karang, kelong dan keasingan aneh juga dari urat khatulistiwa, kelelahan hujung tahun memanjat ke lajur salju yang sepertinya mahu memujuk lalu ternyata ia semakin menganjur menjadi hijab tipis menghimpun kenangan, kebersamaan dan kesempatan. foto dari negeri salju ii
- Get link
- X
- Other Apps
Seperti jalan menuju teluk, tidak tahu apa yang akan kita temukan di laluan yang landai atau tiba-tiba nanti pemanduannya memacu sedikit membukit. Entah sama ada kita harus berhenti di tebing atau sahaja dibiarkan menunggu seenaknya angin kering lagi asin mengapung beraduk dengan kepentingan sendiri. Masih banyak yang tidak pandai diterka. Begitu berlapis kedunguan saya untuk selalu penuh ta'azim menerima apa juga tampang takdir mahupun surat nasib yang melayah lalu hinggap di riba.
- Get link
- X
- Other Apps
Saat tarikh akhir tugasan yang saling bertindan-tindan dan akhirnya menindih kepala dengan migraine yang berat, puisi ini memujuk saya, datangnya seperti memijat dan mengelus penuh kasih: dari sayap-sayap burung kecil itu berguguran sepi, sepiku saat terhenti di sebuah taman ini daun jatuh di atas bangku di antara datang dan suatu kali pergi beribu lonceng berbunyi kekal sewaktu bercakap kepada hati lalu kepada bumi. Di sini aku menanti Puisi dari cd Sapardi Sebuah Taman Sore Hari. Pernah ia mengapung pada suatu senja, ketika bersusun kereta sepanjang menuju jalan pulang. Ia sebenarnya turut mengapung sama rasa dan getar paling rahsia dan sulit untuk dialih wahana.
- Get link
- X
- Other Apps
Disember ternyata tidak lagi menjadi bulan yang dinanti-nanti untuk bercuti. Selain daripada Disember yang harus berbahagi petak takwimnya dengan Januari, dan ia sangat berlarutan panjang. Tidak seperti dahulu 31 Disember adalah garis penamat dan esoknya kita akan menumbuhkan ikrar baru. Keazaman untuk berlaku baik dalam segala hal, hampir menjadi mitos yang melucukan. Sedang kita cuba menjadi lebih baik daripada semalam (seringnya saya kandas), berlaku hampir selalu. Ia terjadi dalam beberapa ketika saat kesedaran untuk kembali menyala-nyala atau ia seperti melihat kelibat sahabat saya si Putih (yang sudah lama perginya entah ke mana), melebarkan bukaan sayap untuk melayah. Indahnya untuk kembali. Nyamannya untuk kembali. Kesedaran ini getarnya sama ketika saya membuka halaman pertama buku catatan harian baru. Saya akan menulis dengan tinta yang jelas, semahunya dirapikan, cursive yang saya lunakkan seperti waktu di sekolah rendah saya diajar menulis sambung . Iya, saya mahu
- Get link
- X
- Other Apps
Untuk dua tahun menjalani penyelidikan di bawah dana KPT, saya mempunyai seorang pembantu. Ya, seperti PA. Alhamdulillah syukur. Enaknya mempunyai seorang pembantu yang banyak meringankan kaki tua saya untuk berurusan di tempat lain. Pembantu saya ini, namanya F, selain cekap memandu untuk membawa saya ke mana-mana, juga kelihatannya kami mempunyai citarasa yang sama. Sehingga F pernah memberitahu saya, beliau sudah mengenali saya. Cepat saya menjawab. Belum. F belum mengenali saya lagi dan saya menyambung di dalam hati, kerana saya sendiri belum mengenali hati saya sepenuhnya. Hati saya yang selalu berbolak balik, selalu berbeluk beluk dan tersandung dan jatuh. Allah ya Allah. Sukar sekali rupanya untuk kenal hati sendiri. Apalagi untuk kenal hati orang lain. Hati dia yang sama sekali asing. Dia yang sama sekali jauh. Dia yang sama sekali menyeret saya ke wilayah aneh ini.
- Get link
- X
- Other Apps
Saya lupa besok cuti umum. Dan besok adalah hari besar meraikan Rasulullah. Saya sangat ingat kita sedang menjalani bulan kelahiran Rasulullah, hanya tidak menyangka masa dan hari begini cepat berganti. Penulis buku Seindah Sabda Rasulullah , menitipnya awal untuk persediaan membaca dalam menikmati rasa mencintai Rasulullah. Terima kasih Sdr Muhd Nasruddin Dasuki, senior dan guru dalam penulisan dan juga merupakan editor pertama yang menyiarkan karya saya sewaktu saya berusia 15 tahun.
- Get link
- X
- Other Apps
Sangat benar, dua nikmat yang sering terlupakan adalah kesihatan dan waktu lapang . Ia dibangkitkan dalam kuliah dhuha kami. Jarang sekali kita mahu mengangkat tangan untuk mensyukuri sihatnya kita ketika itu. Mungkin sahaja ia berbunyi aneh. Namun, alangkah manisnya nikmat berterima kasih saat kita memiliki. Allah ya Allah. Tanpa Allah perlu menguji kita dengan sakit, kita masih terus mahu menyitir syukur. Perihal yang sama, saat kita dalam batas masa yang tidak ditekan dengan deadlines, kita terus menadah tangan dengan berbisik kepada Allah, ya Allah terima kasih atas masa yang diberikan ini kerana dengannya saya dapat berbuat banyak kebaikan. Aneh, bukan? Sebaliknya, lazim kita sangat-sangat memerlukan Allah melapangkan masa ketika kita dihimpit beban kerja yang tidak sudah-sudah. Alangkah kita selalu menjadi yang bersyukur, tanpa garis batas. Ya, mencintai-Nya tanpa syarat. Allah ya Allah.
- Get link
- X
- Other Apps
Mahasiswa kami meraikan buku baru SM Zakir, 20 Cerita tentang Tuhan. Sepanjang semester ini kami menekuni 20 cerpen yang terhimpun. Membahaskan struktur. Muatan yang dibawa merentasi banyak jalan mengenal banyak perihal antaranya dari sifat Allah, sadaqah, ketulusan dan perempuan (ya perempuan bersayap). Zakir merupakan sahabat lama dan sering juga menjadi mentor dalam penulisan saya. Kepada mahasiswa saya katakan, belajar dari penulisan yang baik. Salah satunya daripada adalah buku dan pengarang ini.
- Get link
- X
- Other Apps
Saya sering bertembung dengan pertelingkahan dalam memilih antara mahu bersederhana, dengan protokol; kemudian akan segera terkurung dalam pagar formaliti. Dalam wilayah pekerjaan saya, itu antara yang melemaskan dan malangnya saya selalu tewas. Mendengar kisah teman-teman di Eropah atau negara sebelah sana, tantangan ini hampir tidak perlu mereka depani. Tuntutannya hanya terhadap hasil yang bermanfaat dan menggembirakan semua. Saya seperti mahu memasuki satu lorong rahsia dan menyelinap di dalamnya kemudian menemukan satu wilayah baru yang setiap satunya dalam bersederhana. Tidak ada salutasi. Tidak ada birokrasi. Tidak ada kekalutan dengan setiap satunya harus rasmi.
- Get link
- X
- Other Apps
Dalam menjalani rutinitas, banyak perasaan sendiri yang sukar dilakar, sehingga ia memenuhkan seluruh inci dada. Menjadikannya ia satu wilayah buncah. Sering tidak jelas apa yang sedang dijalani. Suara sendiri juga sulit menyitirnya. Dan ia hampir tidak terdengarkan. Kadangkala ia menjadi cawan bancuhan warna yang tidak jelas kontur apalagi struktur makna. Semakin mahu diurai, nah, kian ia menjadi bauran yang kusut, ruwet malah. Maka tindakan yang paling bijak adalah membawa diri ke ruang yang dapat mengamankan setiap keliru. Baris dan helai surah dari langit yang akan selalu memujuk dan selalu jujur. Ia melunakkan dan menawarkan rasa aman seperti menerima rinai di hujung jendela kamar pada detik dini.
- Get link
- X
- Other Apps
Saat mengetik ini, hujan musim yang mengguyur tanah, mulanya sangat berat kemudian saling bertukar sikap; lunak berselang hiba. Langit yang sudah kelabu, membawa sekian kali dia menjarak walau dekat. Masa dan ruang yang merupakan antara teori kuliah kaji alam semasa mahasiswa, hampir tidak membawakan apa-apa erti lagi saat begini. Masa dan ruang yang sudah digenapkan dengan sepi. Sepertinya juga rutinitas dan formaliti melengkapkan segala menjadi sendiri. Sehinggakan Sar menyitir kepada dirinya, berusaha sebaik-baik untuk melupakan, tidak untuk melepaskan. Begitu rutinitas dan formaliti meledakkan kuasanya.
- Get link
- X
- Other Apps
Antara rasa bersyukur dengan ketakutan sebenarnya, apabila saya didatangi banyak sekali peringatan. Subhanallah. Dan saya tidak pernah meminta (atau saya meminta di bawah sedar) untuk sering diperingatkan. Subhanallah ia datang dari setiap penjuru mata angin yang ada. Semuanya datang mengetuk pintu kesedaran tanpa saya sangka sama sekali. Ya Allah, bagaimana saya didatangkan sahabat yang menuntun saya setiap hari dengan postings untuk lebih dekat dengan kebaikan. Bagaimana saya mengenali sosok yang mencintai anak yatim dalam seluruh hidupnya. Bagaimana saya bertemu dengan sahabat pesawat yang mengasuh saya untuk berikhlas hati. Bagaimana dengan tiba-tiba yayi yang muncul untuk selalu mengingatkan saya tentang ilmu solah. Ada juga yang menitip risalah tentang mencintai Rasulullah. Allah ya Allah. Setiap waktu dini saya disapa sahabat al-Qur'an yang seperti bunyi penggera, di mana tempat berjeda bacaan surah kami. Apa lagi yang saya tunggu untuk menjadi hamba Allah yang lebih
- Get link
- X
- Other Apps
Saya demam sekembali daripada ranah asing. Demam seperti selalu setelah lelah atau mungkin sahaja apabila memaksa diri untuk segera menyertai jalan rutinitas kembali. Ringkih atau menjadi cengeng dengan bagaimana saya diperlakukan oleh tarikh-tarikh akhir lagi yang menunggu giliran di meja kerja. Atau apa seperti yang dibentangkan buat Pingkan saat Sarwono ditempatkan di rumah sakit di penghujung halaman Hujan Bulan Juni, demikianlah Surat Takdir pun dibaca berulang kali tanpa ada yang mampu mendengarnya.
- Get link
- X
- Other Apps
Sering saya merasakan berjarak itu jauh lebih baik. Dalam berjarak itu akan terhimpun corak rindu yang paling cantik. Saya rasakan memasuki negeri sepi yang lengkap. Banyaknya nanti masa saya membaca al-Qur'an dan puisi sama ada di ruang berlepas, saat bersandar ketika pesawat membelah awan atau di lobi hotel tempat saya menginap. Ternyata dalam berjarak, saya lebih dimengerti dan disantuni. Saya seperti dapat rasakan kaki saya sangat berat mahu menolak troli bagasi menuju ruang ketibaan nanti dan lajur rutinitas kembali.
- Get link
- X
- Other Apps
Benar, kurang lebih 40 tahun saya tidak ke pawagam. Dia memujuk dan menyeret saya bertemu dengan Sarwono dan Pingkan. Hingga memperkenalkan saya tentang mereka bahawa kasih sayang itu beriman pada senyap. Kasih sayang itu mengungguli segalanya menembus apa yang tidak bisa dipahami oleh pengertian pinggir jalan. Kasih sayang juga ternyata sebuah ruang kedap suara yang merayakan senyap sebagai satu-satunya harap. Atau bagaimana nanti kasih sayang menyatukan sukma yang pernah hidup di ruang rahasia dalam lajur penciptaan, akhirnya membawa kepada pertemuan baru ini. Kasih sayang yang saya jalani di perbukitan Banyumanik.
- Get link
- X
- Other Apps
Masih di ranah asing dan saya seperti melihat kali ini dia masih datang untuk melipat jarak. Atau ini kesan intertekstual saya mula menikmati si Pingkan Melipat Jarak. Daya khayal saya yang selalu liar menemukan pasangan kawan camar yang sudah terbang terlalu jauh ke samudra dan merasa sangat letih tetapi tidak melihat apa pun yang bisa dihinggapinya...walau demi dua ekor camar sangat letih yang terus-menerus terbang agar tetap bisa memelihara kasih sayang. Walau hanya sejenak.
- Get link
- X
- Other Apps
Mungkin ini satu antara lipatan pengakuan aneh saya: saat saya berjarak daripada rutinitas, seperti ada sosok yang mahu sekali bersahabat. Dia akan menghampiri dan mahu menyapa dengan salam dan dengannya saya rasa begitu terhormat. Ya, dia seperti mahu menemani saya yang sendiri. Seperti baris Rumi, malam hari kuminta rembulan datang..kututup pintu bahasa dan kubuka jendela cinta. Rembulan tak masuk lewat pintu. Hanya jendela. Benar, saat saya terbang lagi menuju ranah asing seperti kali ini, saya akan selalu temukan dia. Ya benar saya rasakan dia dekat dan seperti akhirnya nanti hinggap nyaman di dahan sukma. Aneh, dia hanya saya jumpa dalam berpergian, dalam lapis sunyi saat saya mencari-cari.
- Get link
- X
- Other Apps
AM sudah sering berbohong. Dan ia sangat memerihkan saya yang mendengarnya. Dada saya akan sangat sakit dan membawa saya untuk berdiam lama. Tidak mahu ada sebarang percakapan yang hanya akan mengundang geram dan sedih saya lagi. Seperti orang yang mahu berpergian, biar kami berjarak. Saya percaya dalam berjarak itu, banyak nanti yang kami lebih mengerti dan mungkin lebih menghargai. Rasanya monolog ini sangat klise. Ia melantun-lantun. Ia seperti bola yang dipukul ke dinding, mengembalikan talun yang serupa. Atau mahu saja saya berdiri di puncak perbukitan ini, ya saya bayangkan ia adalah wilayah Miqdad. Dan ia akan segera memujuk hati tua saya.
- Get link
- X
- Other Apps
Ini titipan sempena kembara saya bulan lepas ke ranah gelombang besar, gelombang getir. Antara lain ia tentang hasrat yang masih berjarak, yang entah bila dapat saya rangkul. Ia juga tentang kecintaan saya terhadap anak yatim yang dianjur al-Qur'an, yang menjadi kecintaan Rasulullah. Baru sekarang saya berani ke pantai gelombang besar. Kerana apa? Kerana mengenang indahnya menyertai anak-anak yang kehilangan. Terima kasih kepada Sdr Nazmi Yaakub, editor BH yang menerima cerpen ini. Dan saya senang sekali dengan misteri pada ilustrasi cerpen kali ini. Sementara ini merupakan sambungan rencana saya di MM yang disiarkan dua minggu lalu. Ya, judulnya juga sudah bertukar. Saya lebih senang jika dikekalkan judul, yang sebenarnya diubahsuai daripada petikan dalam tulisan saya ... guru yang membina keyakinan dan kepercayaan. Terima kasih kepada editornya, Sdr Sahidan Jaafar. Tahniah atas graduasi Sarjana Sains Politiknya besok. Ya saya akan menyertai acara bersejarah itu di De
- Get link
- X
- Other Apps
Sendiri Minggu yang padat dan pendek, namun perjalanan yang melelahkan sekali, apalagi apabila dirasakan sangat sendiri. Segala-galanya harus siap sebelum bermula November. Dan November sendiri malah menjelang bulan hujung tahun sudah banyak yang mengisi. Subhanallah. Al-Qur'an yang saya cinta sering memujuk gundah yang selalu datang. Ya, lewat dua baris ad-Dhuha ini: Dia mendapatimu bingung lalu Dia memberikan petunjuk. Dia mendapatimu kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan . Allah ya Allah. Kepada siapa lagi saya mahu sandarkan segala gundah dan payah ini selain Dia ...
- Get link
- X
- Other Apps
Entah bila titik hujung saya. Beberapa hari ini banyak khabar kepulangan yang disampaikan. Beberapa sahabat kehilangan ayah. UKM, tempat saya bertugas juga kehilangan tokoh yang sangat banyak jasanya, Prof Datuk Zainal Abidin Abdul Wahid . Saya tidak sempat bertemu beliau sejak zaman mahasiwa lagi, namun nama dan budinya sangat harum. Begitulah kebaikan yang akan dikenang lama. Sering juga tanpa mengenalinya sama sekali, namun kita sangat rasa terdorong. Sedang saya, si debu ini entah apa rupa nasibnya. Gundah atau gembira, semuanya di dalam gua sendiri. Dan ya, entah bila pula titik hujung saya. Foto ini daripada sahabat pendakian saya di Paekakariki Escarpment Track. Sering membawa saya ke titik hujungnya.
- Get link
- X
- Other Apps
Banyak yang tak terucap. Banyak juga yang tak tertemukan dalam balam saat matahari kian meneduh. Saya baru menyudahkan cerita pendek yang saya bawakan daripada kembara yang baru lalu. Seperti saya yang tidak dapat bertemu dengan Miqdad yang dirindu sekian masa. Walau sudah tiba di ranah yang dituju, sedang dia masih menjauh.
- Get link
- X
- Other Apps
Kampus kembali sunyi. Sudah masuk minggu keenam kuliah dan mahasiswa cuti awal pertengahan semester ini untuk meraikan Divali besok. Sementara kami yang masih tinggal, menyelesaikan kerja yang banyak tertangguh sebelum berhujungnya Oktober. Nanti November akan penuh lagi dengan acara di dalam dan luar. Sekejap kemudian akan sekali lagi menuju penutup 2017. Allah ya Allah. Sekali lagi saya tersandar dan mengimbas akan cepatnya masa yang hilang dan terbuang. Rasa ditinggalkan terus seperti selalu, saya akan ditemani keharuan dan mahu rasanya membawa sekali lagi kaki tua saya ke penjuru gua. Introspeksi lagi dan lagi. Foto ini sering muncul sebagai penyelamat layar ( screen saver ) di komputer pejabat. Ia juga menjadi penyelamat, teduhan seperti pohon sukma yang tidak pernah terlupakan walau berjarak sering.
- Get link
- X
- Other Apps
Pengalaman menulis di akhbar dan majalah, sering menemukan saya dengan penyunting yang banyak mengandai-andai. Ejaan asal yang disangka silap ditulis, diubah. Akhirnya makna sebenar penulis bertukar. Ia berlaku beberapa kali dalam penulisan saya, khusus dalam penggunaan kata langka. Terkini, hari ini, tulisan pengalaman saya di HSKU, asalnya berbunyi HSKU: Guru yang Menuntun , diubah kepada HSKU: Guru yang Menonton . Saya kecewa pastinya kerana ia judul besar dan ia adalah sumbangsih saya yang istimewa untuk HSKU dan Utusan/Mingguan Malaysia. Saya menulis kepada editornya, Sdr Sahidan Jaafar agar ada kotak maklumat ralat minggu depan (rencana ini bersambung minggu depan) berkaitan judul besar itu. Menuntun maknanya memimpin, membimbing, mengasuh ; itu erti yang sangat luhur jauh datangnya dari kalbu saya sewaktu mengetik rencana berkenaan. Saya orang kecil yang menulis, mungkin sahaja rencana ini tidak ada makna yang besar kepada banyak pihak. Bezanya, saya adalah guru yang menu
- Get link
- X
- Other Apps
Bercakap tentang imaginasi dalam kerja kreatif lewat kuliah kelmarin, saya membawa mahasiswa terbang nun jauh ke bulan. Memasuki sempadan garis semu, saya tidak pasti sama ada mereka benar-benar menikmati penerbangan jauh kami. Saya bertanya, apa yang mereka temui di daerah bundar itu. Keasingan, kesendirian, pengharapan atau bulan itu hampir tidak ada apa-apa makna. Bulan hanya yang terkait dengan langit malam. Bulan hanya jalur cerita dan mimpi di jendela usia waktu kecil. Dan saya seperti selalu, sering dibiarkan di hadapan dewan kuliah menjalani plot bikinan sendiri. Tanpa siapa mahu tahu garis, keluk dan beluk atau malah rupa nasib yang mungkin saya temukan. Ternyata saya seorang saja yang mahu ke sana.
- Get link
- X
- Other Apps
Siapa agaknya yang dapat menghentikan ribut taufan dalam dada apabila janji dimungkir atau dusta yang cuba disembunyi. Siapa agaknya yang dapat bertahan daripada menyelinap masuk ke penjuru gua untuk berdiam lama saat nyata jujur yang tersamar. Begitulah kita sering mahu mencari jalan tulus sedangkan tidak semua yang ditemukan adalah baris yang lurus. Kecuali satu jalan yang datang dengan seluruh lajur pujukan. Ia menghentikan taufan. Ia membikin surutnya curiga. Ia mereda guruh gelisah. Ya, dengan jalan berasa cukup. Berikhlas hati.
- Get link
- X
- Other Apps
Melihat ombak dan getar yang datang, tak akan pernah boleh ditebak makna atau rusuh yang diseret panjang. Meskipun muara ini sering dikunjung dan menjadi negeri sukma, ternyata ia masih wilayah yang canggung. Bagaimana nanti ia menjadi daerah yang menjarak dan akhirnya di situlah menjadi titik paling hujung.
- Get link
- X
- Other Apps
Berbahagia sekali hari ini untuk saya berbahagi kuliah tentang tsunami. Dari paparan kisah benar, novel dan filem Hafalan Shalat Delisa Tere Liye dan puisi Lidah Tsunami A. Samad Said. Bagaimana saya menyaran mahasiswa untuk menyusun plot cerita. Mana takdir yang harus membuka tabir atau peleraiannya adalah sesuatu yang tidak terjangkakan. Melihat mata anak-anak yang ditinggalkan, ya anak-anak yang kehilangan, sering juga saya melihat bersit berani dan tabah. Persis baris Pak Samad bahawa tsunami itu lidah ombak memang tak terduga , begitulah hati yang sering sukar ditebak. Kilas kata yang payah dibaca. Atau juga hasrat yang hanya Dia tahu tulus dustanya. Melihat gelombang seteru dengan pusaran yang mendera, saya membayang dia yang ternyata jauh walau selalu ada.
- Get link
- X
- Other Apps
Foto ini saya rakam dari muzium sempena kembara lalu. Saya melihatnya sebagai pejuang. Meredah gelombang. Menongkah cuaca. Berdepan dengan bongkah takdir yang tidak diketahui ukurannya sama sekali. Banyak antara kita yang sedang berjuang. AM juga. Ujian besar UPKKnya minggu ini. Malam tadi AM mengimami solah Isya' dan hajat kami. Subhanallah. al Waqia yang lancar, menyeret saya ke ruang kesyukuran. Benar, tidak ada yang lebih mahal selain pejuang yang soleh lagi musleh. Minggu ini saya mohon ia menjadi pemula yang baik buat AM, seperti bacaan doanya yang kami aminkan. Cintanya pada al-Quran dan solah. Cintanya buat Allah dan Rasulullah.
- Get link
- X
- Other Apps
Berada jauh dalam tebal awan, saya meneruskan introspeksi yang dikumpulkan beberapa hari ini. Masih debunya saya dalam soal perjuangan. Masih naifnya saya dalam narasi orang yang berjiwa besar. Ternyata saya dengan langkah lelah dan tangan kecil, mahu berbuat banyak perkara. Permulaan surah az Zumar dini ini sangat memujuk, lakukannya dengan tulus, dengan ikhlas, hanya untuk-Nya. Sejak awal saya sangat sedar kekuatan ini datang dari dia. Banyak dalam al-Qur'an menyebut tentang dia. Dan dengannya saya berikhlas hati. Ya, dia yang jauh.
- Get link
- X
- Other Apps
Saya senang berada di rusuk jendela kamar AM. Mudah sekali melihat apa yang dibentangkan di langit. Pernah bulan terhias di situ. Atau seperti waktu dini tadi, terletak bintang yang mengerdip dan membuat saya asyik sekali. Mahu menyertai tiap kali kerlipannya sehingga saya memberitahu mahasiswa dalam kuliah siang tadi, ia merupakan tanda mata, hadiah yang indah sekali buat saya. Malangnya mata mahasiswa saya kosong. Saya mahu saja berbahagi tiap rasa yang terucap di dasar sukma saat menatap si bintang sebutir itu. Saya berasa malu, sebenarnya, untuk berdiri lama merenung dia. Saya sebak dalam syukur, kerana hadirnya. Saya jadi terus menangis kerana siapalah saya yang mahu diberi-beri semua ini. Namun saya meragui adakah mahasiswa saya mengerti atau mereka selalu lupa baris apa yang merupakan nota kuliah yang harus disimpan atau membiarkan saja gurunya ini terus bercerita. Atau saya sedang melayan kedunguan sendiri tentang malu, sebak, syukur dan keharuan saya. Ya, masih tentang b
- Get link
- X
- Other Apps
Setiap kita pasti mempunyai keanehan yang tersendiri. Benar? Saya pernah ditertawakan teman-teman apabila mengeluarkan kantung merah sudu dan garfu yang dibawa dari rumah ketika makan di luar. Ya, saya mengelakkan daripada menggunakan sudu dan garfu yang disediakan di kedai makan. Saya juga lebih selesa membawa air panas sendiri dalam kelalang. Ia setelah melalui beberapa kali pengalaman saya akan mudah mendapat sakit tekak dan demam apabila minum di luar. Pernah juga suatu ketika saya tidak akan menggunakan cawan yang sudah pernah digunakan oleh orang lain. Aneh? Mungkin tidak, atau ia lebih dilihat sebagai mengada-ngada. Dahsyatnya saya.
- Get link
- X
- Other Apps
Bagaimana hujung minggu Sdr yang panjang? Selain membaca dan menulis, dapur saya wangi dengan harum biskut Belgium. Seperti dalam mimpi cerpen lama saya, "Dan Coklat Mengalir dari Ruang Buncah", saya meneruskan dengan dulang kek coklat pula. Nikmat apabila melihat biskut yang gurih disejukkan di atas redai, kemudian mengisi ke dalam beberapa balang comel yang diikat reben. Kepingan kek yang dibahagi-bahagikan, menyeret saya ke ruang Rumah Coklat: “Bukankah kehidupan seperti sekotak penuh coklat dan kita tidak tahu coklat yang bagaimana bentuknya dan jenis apa yang kita akan terima.” Dia mengulang pula dialog Forrest yang banyak berlari dalam hidup. Atau sayakah itu yang mahu sahaja berlari apabila setiap saat bertemu dengan manusia yang menyarung pelbagai topeng. Dan sarung itu boleh ditukar-tukar. Sarung muka yang sentiasa ada di kantung baju. Ia mudah disimpan, diganti dan dikenakan dalam keadaan-keadaan tertentu. Saya mahu berlari dan berlari daripada topeng-topeng it
- Get link
- X
- Other Apps
Hampir setiap semester kuliah saya bermula yang paling awal iaitu jam 8 dan ia mengambil masa selama dua jam. Saya berusaha sedaya mungkin untuk berdiri tepat waktu di hadapan kelas, meraikan mahasiswa, meraikan ilmu. Namun antara kekangannya adalah mahasiswa saya yang sering lewat kerana faktor bas kampus atau mereka sendiri yang terlewat. Pagi ini ada mahasiswa yang menyerah diri mengakui tidak hadir kuliah kerana terlewat bangun, hampir jam kuliah berakhir. Subhanallah. Soalan pertama saya Sdr sudah solah Fajr? Jam berapa Sdr masuk tidur malam tadi? Matanya yang mula penuh air, saya singgah antara cerita dengan separuh menasihati. Cerita saya tentang AM yang sering saya beritahu, meninggalkan solah bermakna kita menempah nama di pintu neraka. Antara ketakutan akan azab api yang menjulang, juga harus selalu direnung apa rahasia solah yang difardhukan. Mudah mudahan ia pesan yang mengasuhnya menuju tahun baru esok. Mudah-mudahan azamnya bangun awal untuk solah dan bukan semata
- Get link
- X
- Other Apps
Saya menemui tafsiran ini sewaktu bertadabbur tentang kisah Ibu Nabi Musa yang kebingungan saat menghanyutkan anaknya di Sungai Nil. Allah memeliharanya daripada kegelisahan. Ternyata Ibu Musa sudah dapat mengendalikan dirinya. Sukma yang sebegini jadi tidak lekas menggelora oleh sebarang rasa duka atau suka. Itu petanda dia sudah dapat memelihara imannya. Dia sudah percaya bahawa segala yang terjadi selalu ada hubungan dengan kehendak Allah. Maka sukma orang beriman tidak resah gelisah akibat susah atau tidak pula gembira beriya-iya ketika ada yang menyenangkan hatinya. Saya ternyata jauh daripada sukma yang begitu. Jauh sekali.
- Get link
- X
- Other Apps
Sahabat baru Impian saya adalah untuk tadabbur al-Qur'an dari sumber yang lenggok bahasanya saya senangi dan serasi. Maka dengan seribu syukur saya diperkenalkan dengan Tafsir al-Azhar karangan Hamka. Ikrar tafsir ini, diperkaya dengan pendekatan sejarah, sosiologi, tasawuf, ilmu kalam, sastera dan psikologi, saya kian menikmatinya sepanjang meneruskan surah an-Naml. Antaranya kisah Nabi Sulaiman dengan masyarakat burung, Negeri Saba' dan Ratu Balqis. Saya singgah pada doa Nabi Sulaiman Dawud, Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kedua ibu bapaku dan untuk mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai. Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu dalam golongan hamba-hamba-Mu yang soleh. Aamiin.