Posts

Showing posts from March, 2023
Image
  Ramadhan 9 Saat diuji  Hanya yang terpilih. Gegar atau gempa, dan saat itu kepada siapa lagi hati akan berpaling melainkan Dia! Ternyata Dia ada, selalu ada dan mahu kita bersama-Nya sepanjang jalan ini. Benar, ia adalah jalan bening. Ia adalah jalan cinta. 
Image
  Ramadhan 8 Ketentuan Pertahankan keyakinan dan kepercayaan ini. 
Image
  Ramadhan 7 Memaafkan Saya cepat membaca bab ini sepertinya mengarus air sungai yang nyaman menyelinap pada waktu dini. Mungkin juga itu yang saya tempuh. Saya berasa tenteram untuk memaafkan walau sering disakiti. Kata Rumi lagi, kehidupan adalah ketimbang antara upaya mempertahan dengan melepaskan. 
Image
  Ramadhan 6 Pertaubatan Katanya, tidak pernah akan terlambat. Apa yang penting: melangkah masuk dengan seluruh harap. Ini adalah jalan utama Ramadhan.  Datanglah dengan setiap cela, tangisan dan penyerahan. Dia menunggu selalu.  Ternyata saya mengambil masa lebih panjang untuk membaca bab ini. Harus saya ulang dan ulang lagi. Masih belum selesai.  M eruntun.  
Image
  Ramadhan 5 Ketakutan Imbuh ketakutan saya akan kehilangan arah menuju-Mu. Takutnya saya akan kehilangan cinta ini. Takutnya saya takat cinta yang tidak terpenuh.  Takut saya dengan bekal harapan. Pelihara perasaan takut dan harap ini, yang Maha Pengasih. Dan lewat Ramadhan, dalam mengharapkan pengampunan, takut sekali berbuat sesuatu yang menghalang saya daripada dapat merangkulnya.   
Image
  Ramadhan 4 Syukur Betapa saya mahu rasa cukup. Saya mahu melihat apa yang sudah saya terima dan bukan lagi mencari-cari apa yang hilang. Saya yakini, dengan lebih banyak berterima kasih, kian dapat dilihat apa yang selama ini saya terlupakan. Terima kasih kerana tidak pernah meninggalkan, malah terus melindungi. Terima kasih memberikan rasa untuk saya selalu bersyukur. 
Image
Ramadhan 3 Cinta Bagaimana saya tidak cinta? Sukma cinta ini adalah milik Dia. Saya dicintai akan si Pemiliknya. Maka, saya memilih cinta ini.
Image
  Ramadhan 2 Penanggungjawaban Mudah mudahan saya dianugerahkan  keupayaan untuk bertanggungjawab terhadap perjalanan menuju-Nya. Saya harus bertanggungjawab atas pilihan untuk berperan. Harus belajar mengakui bahawa hanya Dia sebagai Penolong dan selalu menjadi Petunjuk. Hanya Dia.  
Image
  Ramadhan 1 Perenungan Perlunya saya berjeda dan berjarak daripada rutinitas. Masuk ke ruang diam. Sangat benar kata Rumi, banyak yang dapat didengar saat sepi dan sendiri. Ruang untuk menghela nafas, menaakul dan memerhati. Melihat apa yang seharusnya dan bukan apa yang saya mahu.  
Image
  Bismillah. Ramadhan adalah bulan yang mengasuh tentang diri dan hubungan diri dengan yang lain, khas, tautan hati dengan-Nya. Ramadhan sepertinya bulan yang melepasi garis lazim. Bulan yang  akan diperbuat sepanjangnya sesuatu yang berbeda untuk tujuan perangkulan. Benar, penaakulan juga. Hati yang lunak, fikiran yang melingkari ke sana dengan menggenapkan penyerahan penuh cinta.   
Image
Foto danau lagi. Terima kasih Kartini. Sangat saya rasakan keintimannya. Ia sangat mendekat dan hangat. Tapi saya bersiap untuk melepaskan satu persatu, ya setiap satunya. Dan harinya kian menjelang.   
Image
tiga kuntum mawar cantik yang sering datang bersama semiotika cinta    Saya berkenalan dengan pantun ini daripada Prof Umar Zein sewaktu dalam perjalanan lepas: Bukan titik membuat tinta, Tapi tinta membuat titik; Bukan cantik membuat cinta, Tapi cinta membuat cantik.  
Image
Semua akan berlalu, katanya, dan ia akan menjadi riwayat. Sama ada nanti ia akan terus dikenang atau mahu dibuang. Ini foto danau yang indah. Terima kasih Kartini yang merakam cantik dan senang untuk saya melihatnya selalu. 
Image
Saya masih mencari antara para-para buku toko G. Masih meninjau antara kenangan dengan ingatan. Ketika ketemu, saya membaca lirih Ketika Kau Tak Ada. ... kalau tak ada di antara jajaran cemara itu kepada Siapa meski kucari jejak nafasmu maghrib begitu deras, ada yang terhempas tapi ada goresan yang tak akan terkelupas  
Image
Saya belum pernah ke USU walau jauh lama dahulu mengenalinya menerusi almarhum Pak Samin Siregar. Senang sekali untuk datang dan beramah mesra. 
Image
  Masuk tahun ketiga sejak wabah. Ada sisa ketakutan yang saya sendiri tidak pasti mengapa dia harus masih duduk di situ. Saya coba untuk ambil pesawat sekali lagi dan menyambung terbang, sekurang kurangnya sebelum Ramadhan tiba di pintu. Insya-Allah. Benar, sebelum saya membuka jurnal Ramadhan yang saya sendiri janjikan genap pada tanggal 1 nanti, ada baiknya saya belajar daripada sekarang untuk terbang dan meninggalkan. 
Image
  Kenangan duduk bersama-sama Usman Awang di ruang menulisnya di Kampung Tunku. Itu ternyata sebaris ayat magis. Apalagi pinggan nasi makan siang saya turut diisi sendiri Usman Awang. Manis! Dan semua itu sudah berlalu hampir 30 tahun lampau. Seperti Kekasih , ia akan selalu datang dan mendekat.