Maka beginilah, segala yang dijalani sekarang dalam gerak batiniah. Dalam berjarak, dalam keterasingan, ini yang dimahukan. Dalam ingatan yang kian menghilang, dalam ketidakpedulian, semua menjadi juzuk-juzuk yang sepi dan sendiri. Masa yang suntuk sepanjang minggu, masa peribadi selepas itu. Dungu sekali untuk tidak dimengerti, tidak ada sisa yang tinggal lagi.
Posts
Showing posts from March, 2019
- Get link
- X
- Other Apps
Ini antara pemandangan yang saya nantikan tatkala menuju jalan pulang setiap petang. Maka saya menerimanya sebagai sahabat baik yang selalu ada dan datangnya dengan bujukan tulus. Beberapa minggu ini, musim kering, dia hampir tidak saya lihat lagi. Malah dia dikurung kabut atau mungkin lapis bingung yang kian menebal. Sampai di pintu pagar rumah, saya akan menangis. Banyak yang sudah hilang ditelan negeri kabut itu. Banyak yang sudah menjauh, saat saya cuba mendekat, ternyata dia sudah menjadi banjar kenangan.
- Get link
- X
- Other Apps
Saya kian kehilangan banyak rutinitas yang beberapa tahun ini menyelinap hadir untuk bersahabat. Tapi akhirnya rutinitas itu mengakui, masa yang ada sangatlah sempit untuk dia bergerak seperti sebelumnya. Saya harus menerima pergantian yang berlaku ini. Maka dengannya saya juga harus bersedia, kelak akan tidak ada apa-apa lagi yang tersisa; hatta makna menunggu. Masa menjadi arbitrari sekali lagi, Sdr.
- Get link
- X
- Other Apps
Saya seperti mahu menguburkan wa sepertimana saya menutup sekian lama fb (jika Sdr masih bertemu dengan nama saya di fb, ketahuilah itu bukan saya). Wa banyak mengajar penggunanya berbohong, berpura-pura, dan mungkir dalam banyak perkara. Mengintai-intai ruang peribadi orang lain, sehingga tidak ada lagi erti kebersendirian. Saya tahu, Sdr yang membaca entri ini akan berkata, seperti fb, jangan lihat sisi jahatnya saja wa ini. Jika tidak melibatkan banyak urusan rasmi, saya memang mahu lenyapkan diri daripada kepungan wa ini. Mata saya semakin kabur dan hati saya juga kian sakit. Ke mana lagi saya boleh pergi, selain ke gua tanpa alamat itu.
- Get link
- X
- Other Apps
Melihat laci ini di penjuru rumah kecil kami, mengingatkan saya akan catatan kuliah di DMM lalu. Kita ada 24 baris laci setiap hari. Apa yang kita isi akan setiapnya. Kebaikan. Atau ia dibiarkan kosong. Atau apabila ditarik setiap satunya, yang keluar adalah segala kejengkelan yang kita telah perbuat. Ingatan dari DMM, alangkah setiap laci mengeluarkan harum dan cahaya indah. Sehingga memasuki laci ke 18, saat mengetik ini, saya menghitung-hitung lagi. Mencongak dan mencatat, apa yang saya sudah isi di dalam laci-laci sebelumnya.
- Get link
- X
- Other Apps
Berbunganya hati saya melihat kesungguhan mahasiswa kumpulan kali ini (tahun 1) yang menjalankan penyelidikan mereka dengan penuh keghairahan. Mereka akan ketawa setiap kali saya membeliakkan mata ketika menyebut keghairahan itu. Ghairah dalam membaca. Ghairah membentang hasil dapatan. Ghairah berbahgi ilmu yang diperoleh dari kutubkhanah. Ghairah berhujah dan berbahas dengan kumpulan lain. Ghairah bertanya di dalam kuliah. Ghairah yang seerti dengan teruja. Kami bercakap juga tentang penerima Hadiah Nobel (rujuk foto; antaranya Jean-Marie Gustave Le Clezio) yang menyediakan ruang untuk kesusasteraan. Betapa kesusasteraan jadi hadiah besar di peringkat dunia. Saya mahu mereka bersyukur sebagai mahasiswa kesusasteraan yang menawarkan banyak ruang, peluang, kebijaksanaan, kreativiti, dan kebahagiaan.
- Get link
- X
- Other Apps
Saya semakin belajar untuk tidak berlebih lebih atau nama lainnya mengada-ngada. Sebenarnya ramai yang tidak suka, namun berbasa basi selalu. Sekali lagi saya perlu faham bahasa yang tak terdengarkan. Itu juga yang saya pelajari dari kuliah dhuha kali ini di penjuru DMM. Hanya yang perlu, yang penting, tidak ditambah-tambah apalagi diada-adakan; itu mengada-ngada juga, namanya. Seperti taman comel ini. Ia tidak mengada-ngada, bukan?
- Get link
- X
- Other Apps
Saya diundang ke sebuah sekolah untuk acara penyampaian hadiah kecemerlangan pelajarnya. Saya terima dan kemudian baru terfikir-fikir. Saya diminta merasmikan dan menyampaikan hadiah. Saya bayangkan saya seperti YB. Aneh juga saya menerima undangan ini. Mungkin juga pertimbangannya kerana yang melamar adalah kenalan lama. Mudah mudahan kehadiran saya tidak membawa bayangan terhadap sosok perasmi klise. Saya mahu datang dan berbahagi kejayaan. Tambahan, saya suka bau sekolah . Ya, saya mahu duduk di bangku panjang kantinnya nanti terlebih dahulu.
- Get link
- X
- Other Apps
Bujukan Yasmin, segala hal di dunia ini adalah ujian. Termasuk yang datang dan yang hilang daripada hidupmu. Dan kehidupan itu pula tidaklah nyata. Maka dia yang datang dan hilang itu adalah ilusi. Dia adalah ciptaan daripada ujian berkenaan. Tenangkah saya menerima bujukan itu? Persis bola gergasi merah yang seperti mahu menelan saya dekat perbukitan Danau Sukma pagi tadi, dia juga ilusi; sekejap dia datang dan sekejap itu juga dia menghilang di balik awan dan hijab zaman.
- Get link
- X
- Other Apps
Foto senja yang berulang Lagi Jumaat senja, antara garis terik tadi dan seperti sebentar lagi akan hujan berat seperti semalam. Ini Jumaat pemula Rejab yang sangat mendekatkan kita dengan Ramadhan yang dinanti-nanti. Senja. Jarak. Hijab. Sendiri. Semuanya sudah serasi bersahabat di ruang kerja saya ini. Tidak perlu lagi menunggu dan meninjau-ninjau datangnya atau singgahan dia di depan jendela yang selama ini terbuka.
- Get link
- X
- Other Apps
Saya kira semakin tua, saya kian mengerti bahasa yang tidak terdengarkan. Saya ingat waktu kecil dulu mak mengajar saya untuk selalu bijak mengambil hati orang tua, ya hati nenek dan datuk yang begitu memanjakan saya sebagai cucu sulung. Biar semua orang selesa dengan kehadiran kita. Sekarang apabila tiba giliran sendiri, sering saya meminta diri faham ketika waktu dan ruang yang bukan menjadi milik saya lagi. Maka saya harus mengerti, langgam berbasa basinya hanya untuk menjaga hati.
- Get link
- X
- Other Apps
foto ulangan Dia masuk ke dalam tidur saya lagi. Dan kali ini dia datang dengan kehilangan, beserta gelombang. Ya, saya menangis lama apabila menyedari rupa-rupanya saya kehilangannya. Dan saya terus bertanya-tanya, talunnya seperti di dinding gua, bagaimana harus saya meneruskan perjalanan tanpa dia. Tanpa tuntunannya.