Ini antara pemandangan yang saya nantikan tatkala menuju jalan pulang setiap petang. Maka saya menerimanya sebagai sahabat baik yang selalu ada dan datangnya dengan bujukan tulus. Beberapa minggu ini, musim kering, dia hampir tidak saya lihat lagi. Malah dia dikurung kabut atau mungkin lapis bingung yang kian menebal. Sampai di pintu pagar rumah, saya akan menangis. Banyak yang sudah hilang ditelan negeri kabut itu. Banyak yang sudah menjauh, saat saya cuba mendekat, ternyata dia sudah menjadi banjar kenangan. 

Comments

Anonymous said…
Bagi seorang yang jiwanya seni dan halus, menangis barangkali adalah pereda resah gelisah dan jauh. Sdr seorang yang kuat, kental dan ampuh dengan daya tulis Sdr yang tangkas.
Mawar said…
Sdr Anonymous
Ini mungkin hanya watak fiktif yang mungkin akan saya matikan sebentar lagi; atau mungkin saya tumbuhkan dia hidup dalam lara yang panjang. Terima kasih.