Musim memilih. Dan saya cepat jadi jemu dengan angin musiman tentang kejujuran atau keikhlasan begini. Memilih. Saya membaca sebuah puisi sangat langka Chairil Anwar 1946 Pemberian Tahu, antaranya tentang memilih, kupilih kau dari yang banyak:

Bukan maksudku mau berbagi nasib,
nasib adalah kesunyian masing-masing.
Kupilih kau dari yang banyak, tapi
sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring.
Aku pernah ingin benar padamu,
Di malam raya, menjadi kanak-kanak kembali.

Kita berpeluk cium tidak jemu, 
Rasa tak sanggup kau kulepaskan.
Jangan satukan hidupmu dengan hidupku,
Aku memang tidak bisa lama bersama
Ini juga kutulis di kapal, di laut tak bernama!

Comments

liza said…
Chairil Anuar penulis yang berasal dari Medan ini....puisinya sungguh menyusuk kalbu saya....begitulah perjalanan hidup ini... ada ketikanya kita perlu pasrah dengan perjalanannya yang berliku..kasih yang diharapkan belum tentu membawa bahagia...disangka panas sampai ke petang, tapi hujan ditengah hari.
Anonymous said…
Benar Sdr. Musim memilih yang banyak menyelongkar identiti dan keperibadian. Musim yang membongkar akhlak dan tatalaku. Musim yang banyak menyentuh dan melukakan. Musim yang langka tetapi bekas dan parutnya tidak mudah menyirna.
Mawar said…
Sdr Liza
Atau kita ini memang selalu menyimpan harapan.
Mawar said…
Sdr Anonymous
Musim yang aneh!
Liza said…
Memilih dalam debaran!
Liza said…
Kanda Mawar sungguh luar biasa musim memilih kali ini