Laluan Halimunan


Suka melihatnya setiap kali melintasi blok dari ruang kerja saya ke pejabat utama. Kali ini ia dirakam dari penjuru yang berbeda. Ternyata ia membawa tafsiran yang tidak sama. Begitulah ia menjadi laluan halimunan akibat tafsiran yang berjarak. Bukankah kita sering  menanggap hal yang sama dengan mata yang berbeda. Itu kata kunci yang kerap saya beritahu mahasiswa, menjadi penulis harus mempunyai mata yang lain, tidak akan jadi persis dengan orang di sebelah. Minggu hadapan kuliah bermula lagi, saya akan bertemu dengan mahasiswa yang harus melihat subjek dengan kepelbagaian peka rasa.Terima kasih sedalamnya kepada sahabat yang menitip foto ini. Ia menawarkan asuhan.

Comments

Anonymous said…
Saya melihat denai, melintasi hamparan rumput hijau yang makmur dengan rahmat menuju sebuah gedung yang megah. Namun di dalam gedung itu, jatuh bangun, rintih resah dan hilai candanya, hanya diketahui penghuninya. Barangkali ada misteri yang harus diterokai.
Mawar said…
Sdr Anonymous,
benar, denai nan damai itu seperti membawa kita ke jalan rahasia.
Anonymous said…
Indahnya, suatu masa dulu sewaktu menjadi antara penghuninya tidak menyedari keindahanya... aduhai lumrah manusia selalu tidak menghargai apa yang ada disisi...terima kasih mengembalikan kenangan dulu lalu hati menjadi rindu..
Mawar said…
Sdr Anonymous
Terima kasih sudi singgah. Silalah kembali ke kampus hijau.