Saya mengenalinya sejak lama. Saya mencongak, ia menghampiri dua dekad. Benar. Tidak siapa tahu sepanjang itu saya  mengagumi dengan membenihnya rasa ta'azim. Dengan penuh kesadaran, walau jauh daripada nyata, saya mahu terus menyimpan sendiri kemasyhurannya itu dalam dada. Dalam mengenangnya begini, saya membaca puisi lirih SDD untuk sekian kali, 

hanya suara burung yang kaudengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana

Hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu

Hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu.

Comments

Liza said…
Hanya. Melipat Jarak
Anonymous said…
Sering dalam hidup ini, kita sukar melafazkan kata, bagai sang penyair yang kehilangan madah untuk sang puterinya.
Mawar said…
Sdr Anonymous
Maka ia terus mencipta jarak.