Sekian kali dalam bengkel baru lalu di JPA, saya menganjur peserta untuk membaca puisi setiap hari (setiap pagi), ya usai membaca al-Qur'an. Puisi selain menuntun bahasa dalam penulisan cereka seperti cerpen, ia menjadi satu kebahagiaan jiwa. Puisi menawarkan kekayaan kata-kata yang membawa bersama-samanya pena'akulan. Kata-kata yang sering menyeret kita ke ruang makna yang lebih besar dari kotak rangkapnya yang minimal.  Benar seperti lewat baris Sapardi JD lagi Karena Kata,

Karena tak dapat kutemukan
Kata yang paling sepi
Kutelantarkan hati sendiri

Karena tak dapat kuucapkan
Kata yang paling rindu
Kubiarkan hasrat membelenggu

Karena tak dapat kuungkapkan
Kata yang paling cinta
Kupasrahkan saja dalam doa






Comments

Anonymous said…
Penyair dan sasterawan Sapardi, meski baru sahaja ingin dikenali lebih mendalam, mengajar saya untuk mengungkapkan bahasa jiwa. Biarlah orang lain tidak mengerti, amat dirasakan segalanya telah diluah dan melegakan apabila kata-kata itu sudah dizahirkan meski pada angin yang berlalu. Subhanallah, Sapardi diilhamkan dengan ketajaman kata-kata yang menusuk dan saya ingin mempelajari darinya.
Mawar said…
Sdr Anonymous
Benar, Pak SJD, mentor saya dan mentor banyak yang lain. Guru yang bagus adalah sepertinya, menuntun terus walau berjarak.