Foto yang berulang |
Ramadhan kelapan. Melangkaui seminggu berpuasa, ya, memang begitulah masa yang sangat meletus, ia datang dan sepicingnya menghilang. Jika saya dapat melihat masa itu seperti keretapi panjang yang kian jauh menjadikan saya ini si dungu yang berdiri sendiri di stesen dengan bagasi yang konon intinya adalah pakaian dan buku. Ternyata bagasi yang saya seret itu tidak punya isi. Ya, ilusi saja rupanya. Dan saya setiapnya menjadi pemegang tiket yang selalu ketinggalan gerabak. Maka saya tiba-tiba merasakan semua yang ada hanya ilusi. Semua menggenap menjadi ruang halimunan. Hanya jika saya berdaya untuk terjaga dengan antara bacaan terakhir saya semalam, cukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung (ali Imran: 173). Dan saya sedar ia adalah sebuah penyerahan dan saya mahu sekali terus bersujud lama. Paling lama.
Comments
Saya masih si dungu di bahu laluan lokomotif. Ya, berdiri di tepi.