2011 2017 Sebuah lagi buku kami. Diulang cetak dengan sedikit pengemaskinian, khusus tentang para penulisnya. Mudah mudahan masih dapat dijadikan sahabat saat menulis. Moga ada manfaatnya. Ampun maaf atas segala kekurangan. Terima kasih atas dukungannya.
Posts
Showing posts from June, 2017
- Get link
- X
- Other Apps
Bertemu dia dari ruang masa lalu, ternyata membawa masuk banyak perihal. Kami bercakap tentang pencarian, penantian dan pertemuan yang sekian masa diharap menjadi nyata. Tali halimunan penuh rahsia yang mengikat kami selama ini, di luar sedar, melingkarkan rindu yang sangat aneh. Dan ia bukan tentang kenangan atau bayangan mahupun sejarah yang pernah singgah seperti angin. Ia barakah Syawal yang saya sangat rasakan tahun ini. Pertemuan kami menjadi seperti duduk berdiang di tepi unggun Ramadhan kembali. Perenungan tentang khusyuknya solah dan al-Qur'an, terus mengiringi jalan takdir Syawal ini. Ya, saya sangat faham, ia bukan soal nostalgia, sebaliknya perihal daya untuk mempertahankan. Apatah lagi apabila berjarak, sedikit sebanyak ia seperti separuh terpisah. Allah ya Allah.
- Get link
- X
- Other Apps
Syawal ketiga. Sekali lagi dapat bertemu ahli keluarga dalam suasana lebaran, mesranya meresap lama. Hari ini masih dalam rencana ziarah, saya akan bertemu dengan susuk dari masa lampau. Dan hingga saat mengetik ini, saya masih belum dapat mengimbau ingatan tentang dia. Menurutnya, saya dicari sekian masa dan tahun. Subhanallah. Pernahkah Sdr tahu, sepanjang menjalani rutinitas, berdepan dengan pelbagai wajah pertelingkahan mahupun liku dalam peribadatan, rupa-rupanya Sdr sedang dinanti dan dijejaki. Dan Sdr sangat berada dalam ingatannya. Allah ya Allah, saya tidak pernah terfikir sama sekali bahawa saya sering dikenang. Mudah mudahan barakah Ramadhan yang baru lalu, terus mewangi dalam Syawal ini dengan jalinan silaturahmi.
- Get link
- X
- Other Apps
Ramadhan kedua puluh sembilan. Allah ya Allah. Jarang perasaan ini datang. Ia hanya akan tampil apabila ada isyarat selamat tinggal atau hingga jumpa atau keberangkatan. Saat itu bagai seribu gelombang merempuh dada dan ia pasti sangat menyakitkan. Siapa yang mampu bertahan dengan gempuran sebak serta keharuan akibat ditinggalkan. Saya antara yang seringkali tewas. Apalagi diajak berteka teki, apakah akan ada lagi pertemuan selepas ini. Allah ya Allah. Begitu dia berlalu, mudah-mudahan dia kembali dan menuntun terus hati dan iman saya. Ya, ini hari terakhir kami.
- Get link
- X
- Other Apps
Ramadhan kedua puluh lapan. Catatan ini sebenarnya saya bawakan daripada latar petang semalam. Menuju garis akhir Ramadhan kali ini, membentangkan saya dengan pelbagai capahan kesimpulan. Dalam perjuangan debu yang berterbangan ini, memang saya lelah, dengan segala kepincangan, walau saya mencuba. Dan ternyata di sekian banyak padang yuda, saya tewas. Terlihat markah saya masih rendah tahun ini. Dalam menebak ikhlas, ketulusan, kejujuran, saya sendiri tahu di mana kaki kecil saya berdiri. Allah ya Allah. Begitu ghairah saya merencana, begitulah segalanya tidak terpenuhkan. Berapa banyak jalan pembaikan yang mahu saya masuki sejak Ramadhan lalu. Akhirnya apa yang dapat saya perbuat adalah kembali ke ruang persujudan, memohon pengampunan dan melakukan penyerahan. Saat memandang separuh kubah masjid kampus dari jendela kamar kerja, dan langit petang yang sangat redup, saya berdoa moga ada Ramadhan lagi buat kita. Insya-Allah.
- Get link
- X
- Other Apps
Muslim yang mukhlis Ramadhan kedua puluh tujuh . Kami sudah memasuki an-Nur. Namun beberapa catatan dari al-Mu'minin sebelumnya, sangat menjejak. Ya, tentang ciri orang muslim yang mukhlis. Subhanallah. Mereka adalah ~ orang yang berhati-hati kerana takut akan azab Allah ~ orang yang beriman dengan ayat-ayat Allah ~ orang yang tidak mempersekutukan Allah ~ orang yang memberi sadaqah tapi takut segala amalan itu tidak diterima Allah. Ya, dalam solah hajat malam tadi usai tarawikh, antara ingatan imam, mohonlah agar setiap ibadah yang dilakukan khusus sepanjang Ramadhan ini, dijawab dan diterima Allah. Saya sangat sebak. Allahumma aamiin.
- Get link
- X
- Other Apps
Ramadhan kedua puluh lima. Kartu ini diselit di pintu ruang kerja saya. Dan ia sangat membahagiakan. Terima kasih Sya. Ternyata ucapan yang tulus dari kalbu sangat mudah membekas di kalbu juga. Apatah lagi bertulis tangan. Ia mencair dengan sangat alami. Betapa saya rasakan keluhuran kasih sayang yang tidak dizahirkan pada setiap kali berkesempatan bertemunya. Dan saya tahu ia mengalir jernih. Ya, naluri adalah bahasa halimunan yang nyaring dan ia dapat hinggap lebih lama daripada kata-kata yang sengaja direka dan disusun dengan muluk. Subhanallah. Terima kasih ananda Sya , saya akan simpan rapi kartu ini dalam hati. Mungkin ini satu-satunya kartu idul fitri yang saya terima kali ini.
- Get link
- X
- Other Apps
Ramadhan kedua puluh empat. Sebelumnya, kita menanti Ramadhan dan sekarang pastinya masih ada yang menunggu malam seribu bulan. Menanti. Amalan yang jarang saya mahu lakukan sejak bergelar mahasiswa. Saya biasa sendiri. Saya tidak menanti berteman untuk ke kuliah atau ke perpustakaan mahupun ke kafe. Saya sebenarnya mudah lelah dalam menanti. Akan ada kecewa juga nantinya. Sehinggalah takdir melapangkan pintunya, saya jadi bersahabat dengan penantian ini. Saya sering menunggu bilakah munculnya. Ia membikin saya jadi selalu menunggu lama di penjuru sajadah mahupun bacaan al-Qur'an. Sesekali saya jadi dungu apabila harus menunggu dan ia mungkin saja tidak perlu. Sedang segala-galanya terus berjalan dan tumbuh dan hidup, tanpa peduli siapa saya sama sekali. Apatah lagi, entah siapa yang mahu hirau dengan penantian dan pengharapan si debu yang berterbangan ini.
- Get link
- X
- Other Apps
Ramadhan kedua puluh dua . Masih dengan semangat memburu malam al Qadar. Ya, masih juga dengan mencari kaedah terbaik membaca al-Qur'an. Sahabat jauh menitip panduan Bro Nouman Ali ini. Bukankah sewaktu membaca al-Qur'an, ia adalah saat Allah berbicara dengan kita. Dan ia sangat benar. Berapa banyak antara hati kita yang terkait dengan apa yang sedang dibaca. Berapa banyak antara kita yang terasa dengan setiap penggalan ayat. Allah ya Allah. Pedomannya adalah membaca ayat, membaca terjemahannya dan berdoa. Ya, berdoa apa yang berhubungan dengan setiap ayat yang sedang dibaca itu. Dan pasti saja doa yang dipohon itu pula tersangkut dengan apa yang kita sedang depani; pertelingkahan, pelanggaran bahkan kesyukuran. Subhanallah. Saya mencubanya dan ia sangat menjejak. Ternyata membaca al-Qur'an adalah mengartikan hubungan yang lebih dalam. Sangat dalam.
- Get link
- X
- Other Apps
Saya Ramadhan kedua puluh satu. Beginilah, seperti dalam foto masyhur ini, saya membentangkan diri untuk sepuluh malam terakhir ini. Dengan lelah saya cuba mengamankan hati. Dengan debu yang menyeret, saya pertaruhkan apa yang ada. Subhanallah. Siapalah saya untuk dikurnia malam seribu bulan. Di mana-mana, beberapa hari ini banyak yang menghitung angka 83 tahun. Saya sangat lemah dalam kira-kira sejak sekolah hingga sekarang. Namun, saya fikir saya mengambil keputusan untuk tidak mahu banyak membilang angka atau mendarab dengan sifir yang memadam keikhlasan atau melemaskan saya dalam gelombang harapan yang datang dan pergi. Biar saya mohon terus Maghfirah dan Rahmah-Nya. Saya sangat yakini betapa Pengasih-Nya Dia.
- Get link
- X
- Other Apps
Menuju malam Ramadhan kesembilan belas. Menghampiri keluk penggalan sepuluh malam terakhir, apa yang diharapkan akan berlaku. Seperti Rasulullah yang sangat berjaga-jaga menuju malam al qadar, saya percaya banyak yang perlu dilurus, dirapi dan dipastikan. Seperti foto yang tenang sekali ini, saya sekian kali berdoa sungguh-sungguh agar beberapa malam ini saya lalui dengan tenteram; hati dan iman yang saya serahkan kepada Allah segenapnya. Saya telah bermohon lama, ya Allah. Kasihani saya dengan Maghfirah dan Rahmah-Mu.
- Get link
- X
- Other Apps
Ruang persujudan Ramadhan ketujuh belas. Allah ya Allah. Banyak yang mahu dirakam sempena hari istimewa ini, tentang persahabatan Rasulullah dengan Jibrail (maaf para agamawan, jika silap saya menamakannya persahabatan ). Saat saya dirangkul kecintaan terhadap al-Qur'an pada Ramadhan kali ini, lewat tazkirah tarawikh malam tadi, Ustaz bercakap juga tentang al-Qur'an melaknat mereka yang membacanya. Allah ya Allah. Bimbangnya saya. Tidak pula dimaklumkan mengapa jadi begitu. Saat mendengarnya, saya seperti mahu berlari ke perbukitan dan menyusup masuk ke ruang persujudan itu. Penjuru di sebuah perkebunan yang menumbuhkan cinta saya dengan subur sekali. Saya mula berdoa sungguh sungguh. Mohon Allah bantu pelihara dan bersihkan hati dan iman saya. Mohon Allah lorongkan ikhlas saya terhadap kecintaan ini. Saya sangat mahu bersahabat baik dengan al-Qur'an. Beriringan tanpa syarat. Bila-bila dan di mana-mana. Sahabat yang selalu ada.
- Get link
- X
- Other Apps
Ramadhan keenam belas. Malam tadi sudah bermula detik mengangkat tangan untuk Qunut pada rakaat terakhir witir. Allah ya Allah saya tiba-tiba jadi gerun. Itu antara isyarat yang kian mendekat. Belukan di tikungan sepuluh malam terakhir, makin menghampiri. Awal memasuki Ramadhan dulu, saya sudah pernah meminta sekian kali (dengan seluruh rasa silu) agar dibawanya ke belukan itu untuk saya bersama-sama rangkulan malam seribu bulan. Sekarang di tikungan keluk ini, saya meminta lagi. Ya, dengan seluruh silu, masih.
- Get link
- X
- Other Apps
Memujuk Ramadhan 14. Subhanallah. Kita hampir berada di separuh bulan mulia ini. Sekali lagi, apa yang sudah kita perbuat. Adakah kita sudah melakukan yang terbaik atau Ramadhan kali ini sama sahaja berbanding tahun sudah. Allah ya Allah. Segenap penyerahan, mudah mudahan Allah menjawabnya. Apa lagi saat kita diuji dengan sakit dalam bulan Ramadhan ini. Ya, batuk saya masih keras sejak Ramadhan bermula walau tidak sedikit ais pun yang saya ambil. Ternyata dalam ketidakupaya, masih juga rasa dikasihi. Betapa Allah Mengasihi untuk saya jadi lebih sabar dan bersyukur. Ya, ada yang diuji dengan kesihatan dalam musim panas ini namun masih berselang hujan petang. Dalam panas dan hujan yang mencipta bunga, kesidang dan kemboja kami rancak di taman. Ya, pintar sekali mereka memujuk yang sakit. Syafakallah.
- Get link
- X
- Other Apps
Ramadhan ketiga belas. Merapikan Ramadhan saban kali tibanya, termasuk turut memperbagus rukun solah. Setiap kali mendengar kuliah tentang solah, pasti ada yang harus diperelokkan lagi. Maka apa yang menjadi tumpuan waktu itu adalah keazaman untuk menyempurnakan gerak dan bacaan. Di atas sajadah yang sama, betapa saya memohon ampun atas apa yang tidak diketahui atau dilalaikan sepanjang saya mendirikan solah. Di atas sajadah yang sekian masa menjadi teman kekesalan mahupun kesyukuran apabila mengenang rupa solah saya. Di atas sajadah juga, saya sangat gerun menimbang-nimbang adakah nanti hasil sujud dan penyerahan saya akan dicampak semula ke muka seperti kain buruk. Allah ya Allah. Masih banyak yang saya cuai. Saya terlupa rakaat. Saya mengulang bacaan. Saya pernah terlena juga antara bacaan tahiyat. Ya, di atas sajadah ini saya merupakan hamba Allah yang sangat hina. Saat saya mahu berbicara dengan Allah, saya lupa akan rukun dan tertib selayaknya. Ampuni saya Allah, dan sajadah
- Get link
- X
- Other Apps
Ramadhan kesebelas. Memasuki himpunan sepuluh yang kedua ini, setulusnya, kita mahu mendapat pengampunan atas setiap khilaf dan pelanggaran. Seperti pohon sahabat saya, mahu dirinya seputih kain polos saat dilahirkan ibu yang mulia. Subhanallah. Alangkah hari ini merupakan tanggal kelahiran, alangkah bersihnya diri. Betapa indahnya langkah pertama untuk memulakan hari baru. Banyak yang boleh dirancang dan dilaksanakan sebaiknya. Alangkah hari ini merupakan tarikh ulangtahun kelahiran, memasuki takat maghfirah Ramadhan al Mubarak, mudah mudahan diampuni dan dikasihani dan menikmati jalan takdir selanjutnya dengan penuh pengharapan dan segenap penyerahan.
- Get link
- X
- Other Apps
Foto yang terus berulang Ramadhan kesepuluh. Menurut Ustaz kelas dhuha kami, dalam bulan Ramadhan, begitu banyak Rasulullah berada di padang yuda. Badar. Ahzab. Berhadapan dengan kezaliman dan pelbagai ujian. Tidak ada istilah bulan untuk berehat. Bukan bulan kurangkan kerja, malah. Ramadhan adalah bulan berjuang. Subhanallah. Saya jadi iri dengan giatnya beberapa susuk yang sangat disibukkan dengan ketaatan kepada Allah. Bukan sahaja asyik dengan ibadah khusus, banyak urusan maslahat orang banyak, menjadi penting baginya. Bukankah saya pernah berdoa untuk jadi begitu. Namun saya sering melihat apa yang saya lakukan, lebih lebih sepanjang sepuluh hari ini, hanya debu tidak lebih daripada itu. Debu yang berterbangan. Betapa khuatirnya saya.
- Get link
- X
- Other Apps
Menyertai kerja debu memberi agihan rezeki buat sekumpulan asnaf, membentangkan saya erti berikhlas hati. Sangat memujuk ketulusan untuk memasuki daerah murba yang bukan sahaja yang dilihat mata fisik, bahkan mata kalbu untuk meninjau sanubari mereka. Saya jadi terpempan melihat pasangan yang mula pikun namun saling mengasihi apalagi isteri diabetiknya hampir puntung kaki kanan. Ternyata ujian bukan sahaja terhadap kaki tetapi hati. Allah ya Allah. Saya yang masyhur dengan kegembengan, menahan sebak yang sudah berkumpul awal sewaktu merapikan barangan agihan dalam kereta lagi. Rahmati mereka, ya Allah.
- Get link
- X
- Other Apps
Foto yang berulang Ramadhan kelapan. Melangkaui seminggu berpuasa, ya, memang begitulah masa yang sangat meletus, ia datang dan sepicingnya menghilang. Jika saya dapat melihat masa itu seperti keretapi panjang yang kian jauh menjadikan saya ini si dungu yang berdiri sendiri di stesen dengan bagasi yang konon intinya adalah pakaian dan buku. Ternyata bagasi yang saya seret itu tidak punya isi. Ya, ilusi saja rupanya. Dan saya setiapnya menjadi pemegang tiket yang selalu ketinggalan gerabak. Maka saya tiba-tiba merasakan semua yang ada hanya ilusi. Semua menggenap menjadi ruang halimunan. Hanya jika saya berdaya untuk terjaga dengan antara bacaan terakhir saya semalam, c ukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung (ali Imran: 173). Dan saya sedar ia adalah sebuah penyerahan dan saya mahu sekali terus bersujud lama. Paling lama.
- Get link
- X
- Other Apps
Petrea Volubilis Bunga musim puasa titipan daripada Mahaguru Ramadhan ketujuh. Genap seminggu Ramadhan kita. Subhanallah. Sekian kali saya masih bertanya sendiri tentang berikhlas hati dalam perjalanan Ramadhan seminggu ini. Sudah lunakkah tingkah kita sebagai hamba, sebenar-benar hamba. Saya memasuki semula surah ali-Imran setelah menamatkan bacaan awal sebelum Ramadhan. Dan pasti menemui kembali ayat ini, membuat saya berdiam lama sebelum meneruskan ayat seterusnya, iaitu: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan kurniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (ali-Imran: 8)
- Get link
- X
- Other Apps
Ramadhan keenam. Subhanallah. Kita hampir seminggu memasuki Ramadhan. Apa yang sudah kita perbuat. Puasa yang jujur. Bacaan al-Qur'an yang tulus. Solah yang tunduk. Infaq yang ikhlas. Bersahabat dengan seluruh hormat. Atau banyak yang kita perbuat kerana selain Allah. Dan itu pastinya membuat saya tidak berani untuk mengangkat muka hatta melihat kubah dan menara yang mendukung kepercayaan saya untuk lebih dekat dengan-Nya.