Hujan petang menuju dingin, saya mendongak ke langit malam. Saya teringat lagi baris puisinya, ketika malam kulihat matamu pada bintang (Dari Bintang ke Bintang). Ternyata saya masih dungu dan terkial-kial mencari di mana titik saya berdiri. Sering berasa tidak selayaknya saya menyertai. Bintang itu selalu menunjuk arah (cerpen lama saya berjudul, "Di Langit Tursina, Ada Bintang yang Menunjuk Arah", 22 November 2009, Mingguan Malaysia). Dan saya masih terngadah.
Comments
Terima kasih sedalamnya. Cerpen "Di Langit Thursina, Ada Bintang Yang Menunjuk Arah" sudah saya himpun dalam kumpulan "Dan Coklat Mengalir dari Ruang Buncah"' cerpen yang ke-11. Ya, watak Nila, angkasawan yang mencari bintangnya.