Minggu ini di mana-mana kita bercakap tentang banjir dan ia membawa kepada banyak percakapan lain - soal kepimpinan, soal pengurusan, soal amanah, soal kewangan, soal kepercayaan ... Selalu pula saya menyangka, baiknya dengan musibah banyak orang sempat berfikir lebih dalam, lebih pertimbangan. Ya, baiknya dengan kepayahan mengharung air separas pinggang atau mengenang isi rumah yang tenggelam atau terputusnya jalan perhubungan, fakulti otak berselerak dengan fikiran mengapa ia menimpa kita. Baiknya, akhir sekali ia membawa kita kepada keperluan untuk lebih dekat dengan yang Menggerakkan air deras, hujan yang lebat pejur, awan hitam yang menutup langit. Baiknya, apabila kita menerima musibah sebagai rahmah. Waktu saya menulis ini, ada silau matahari pagi di laman rumah. Saya tahu matahari sangat dirindui kala ini sebagaimana bau hujan begitu ditunggu-tunggu suatu ketika dahulu apabila musim panas yang panjang. Tiba-tiba saya jadi begitu malu untuk mendongak melihat langit yang cerah di luar rumah, betapa saya begitu malu kepada Allah....
Comments